Cerbung,”Cinta Dalam Sunyi”

Cinta Dalam Sunyi.**
———————————-

Karya Penulis: Komala Atik
Bag 1

Zar berdiri di pinggir jalan tanah berkerikil.
Pagi ini dia sengaja mengambil waktu untuk joging di tengah kebun sawit. Hari ini adalah hari pertama Zar bekerja kembali di perusahaan sawit ini setelah tujuh tahun yang lalu pernah bertugas sebagai
karyawan biasa.

Bedanya hari ini Zar adalah seorang asisten.ya….asisten.
Dan Zar ijin tidak masuk kantor karena ingin melihat lihat situasi dan lingkungan kerja setelah tujuh tahun ditinggalkan.

Tak banyak berubah bisik Zar dalam hati.
Para karyawan panen lalu lalang di sela truk truk muatan sawit.

Teriakan dan canda mereka juga sama, penuh semangat dan persaudaraan.
Sebuah mobil pick up berhenti tak jauh dari Zar berdiri.Isinya segerombolan ibu ibu pekerja harian yang terdengar riuh bergurau sesama rekan. Mereka berloncatan keluar dari mobil sambil melirik lirik kearah Zar..

“Asisten baru..keren oii..”begitu canda mereka sampai ketelinga Zar.Zar hanya tersenyum ramah menyapa mereka yang lewat sambil memberi salam..riuh.. ramah..dan sedikit usil..tapi Zar suka.

Sampai seorang pekerja perempuan yang terakhir turun hanya mengangguk kecil kearah Zar dan cepat berlalu sambil menundukkan wajahnya.

Zar jadi tergerak memperhatikan pekerja terakhir itu.perawakannya semampai. mengenakan jilbab abu abu dan menutup wajahnya dengan saputangan yang di pakai seperti masker.

Topi lebar semakin membuat rautnya tersembunyi.Hanya menoleh sesaat kearah Zar,tapi bola matanya seperti sangat akrab bagi Zar..Zar mengusap wajahnya..sekilas bayangan Raya hadir di pelupuk matanya..

Cinta lamanya mengalun pelan dalam nadinya.Tapi buru buru Zar menepiskan tangannya..”gak mungkin kalau perempuan itu Raya.

Raya ku adalah seorang guru yang lembut namun tegas”.Perempuan cerdas yang mengisi hati Zar hampir dua tahun Trpisah oleh takdir yang Zar sendiri tak bisa memahaminya.

Zar memutar badan kearah rumah dinasnya.pulang. Sepanjang jalan Zar masih memikirkan sorot mata pekerja tadi yang sangat mirip dengan tatapan
Raya. Sayang Zar tak bisa menembus penutup wajahnya..

Rasa penasaran itu mengganggu tidur Zar.
Sepanjang malam laki laki separuh baya itu hanya terbaring gelisah di tempat tidurnya. Dadanya berdebar debar tak karuan.

Wajah Raya yang manis dan ramah tak mau hilang dari kepalanya.Zar mencoba melihat kenyataan bahwa Raya bukan siapa siapanya.Raya milik suami dan anak anaknya,seperti halnya Zar milik isteri dan
keluarganya.

Zar mencoba berpikir logis namun wajah Raya dan semua kenangan masa lalu itu begitu jelas. Dan mata pekerja tadi pagi?.. uff

Esok hari Zar sengaja pamit makan di luar,tidak seperti teman teman sekerja yang makan di kantor atau di kantin.
Jam rehat siang Zar memacu motornya dengan tergesa gesa Tujuannya hanya satu lahan perkebunan.

Tak sulit bagi orang seperti Zar mencari area di mana para buruh harian bekerja.
Keinginannya hanya ingin memastikan bahwa pemilik mata itu bukan Raya.karena gak mungkin Raya kerja sebagai buruh harian..

Raya terlalu lembut untuk pekerjaan seberat ini.Dari seorang pekerja Zar mendapat informasi mereka lagi makan siang. Kebetulan pikir Zar.Kalau makan pastilah penutup wajahnya di lepas. Zar bergegas kearah pokok sawit yang dimaksud.

Pekerja sedang menikmati bontot mereka sambil tetap bercanda dan saling menggoda temannya.Tak nampak perempuan yang di cari Zar..Zar berbalik dengan sedikit kecewa sampai matanya melihat sesosok wanita sedang sholat di tempat yang agak terpisah.

Deg…jantung Zar berdegub..Pelan pelan Zar mendekati.Nampak perempuan itu berdoa dengan khusyu’ dan khidmat.Zar menunggu dengan pikiran tak karuan..
penasaran.

Setelah nampak selesai Zar memberanikan diri menyapa ” maaf mbak..” sapa Zar serba salah. Perempuan itu menoleh.. melihat laki-laki berpakaian dinas perusahaan dia segera bangkit dan memberi hormat..

“Eh.. selamat siang pak.”suaranya juga gugup.

Saat mengangkat wajahnya dan menatap kearah sang asisten.. perempuan itu cepat berpaling..Zar seperti tercekik..

“Raya..kamu Raya kan?”
Tak salah lagi..perempuan itu memang Raya, perempuan yang pernah menjalin kisah manis dengan Zar.Dan kisah itu tersimpan rapat dalam hati Zar sampai detik ini.

Zar menatap Raya dengan rasa tak percaya. kenapa Raya bekerja di sini?bukan di sekolahnya..di Taman Kanak Kanak yang selalu ia banggakan.Lalu mana suaminya? Kenapa membolehkan Raya yang lembut ini bekerja seberat ini..duh…

Raya membereskan mukenanya..Mukanya di tekuk gak sanggup menatap Zar.
“Saya harus kembali bekerja pak”katanya
Zar menarik nafas panjang.

“Tunggu Raya..kamu harus cerita dulu sama aku..ada apa dengan kamu.kenapa sampai seperti ini?”desak Zar.

Raya menunduk semakin dalam.
Matanya berkaca kaca pertanda hatinya gelisah.”Gak enak di lihat teman teman Zar…pergilah.Kamu hubungi aku lewat telpon saja”Raya memberikan
nomer telepon selulernya dan segera bergabung dengan kawan kawannya.

Zar menatap Raya dengan seribu tanda tanya. Semangatnya untuk kembali kekantor bagai lenyap di telan rimbunnya pepohonan.

Bersambung..